Lapak Warta – Pemerintah Kota Jakarta Timur (Pemkot Jaktim) semakin serius dalam mengembangkan pertanian perkotaan atau urban farming sebagai solusi untuk meningkatkan ketahanan pangan di tengah kota. Hingga kini, tercatat sekitar 381 lokasi urban farming di Jakarta Timur, dengan total luas lahan yang dikelola mencapai 3,2 hektare. Kepala Suku Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Perikanan (KPKP) Jakarta Timur, Taufik Yulianto, menyebutkan bahwa salah satu metode yang diterapkan adalah memanfaatkan lahan-lahan kosong seperti kolong tol Becakayu, kolong flyover, bantaran Banjir Kanal Timur (BKT), dan area sekitar sungai Ciliwung untuk dijadikan lahan pertanian produktif.
Dalam upaya memperkuat ketahanan pangan, Pemkot Jakarta Timur juga mengedepankan pemanfaatan ruang-ruang terbuka yang selama ini tidak digunakan secara optimal, termasuk atap gedung, taman kota, hingga halaman rumah warga. Taufik menjelaskan bahwa dengan adanya urban farming, masyarakat Jakarta Timur dapat mengurangi ketergantungan terhadap hasil pertanian dari daerah pedesaan, sekaligus memenuhi kebutuhan pangan secara mandiri. Program ini juga berkontribusi dalam meningkatkan hasil pertanian lokal yang dapat diakses oleh masyarakat setempat.
Sebagai bagian dari dukungannya terhadap pertanian perkotaan, Pemkot Jakarta Timur memberikan pembinaan bagi para penggiat urban farming. Setiap tahun, berbagai pelatihan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan pengelola lahan pertanian perkotaan. Sasaran pelatihan ini meliputi kelompok tani, PPSU (Pekerja Penanganan Sarana dan Prasarana Umum), pengelola RPTRA (Ruang Publik Terbuka Ramah Anak), PKK (Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga), dan karang taruna. Pada tahun ini, Pemkot Jakarta Timur menargetkan 400 orang untuk mengikuti pelatihan pengembangan pertanian perkotaan.
Pelatihan ini juga mencakup pelatihan pembuatan produk olahan dari hasil pertanian, yang diikuti oleh sekitar 200 orang. Dengan keterampilan ini, para penggiat urban farming dapat memasarkan hasil pertanian mereka, baik secara offline maupun online melalui platform Jakpreneur. Selain itu, mereka juga diberikan pemahaman mengenai cara meningkatkan mutu produk, pengemasan yang baik, serta sertifikasi produk, yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk pertanian lokal.
Taufik menambahkan bahwa tanaman yang diprioritaskan dalam program urban farming ini antara lain cabai, bawang merah, sayuran, dan berbagai jenis tanaman lainnya. Pada tahun 2023, Pemkot Jakarta Timur berkolaborasi dengan sebuah perusahaan untuk meluncurkan Program Rawita Peti (Pedaskan Timur). Program ini bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan sekaligus menekan inflasi pangan dengan cara menanam cabai rawit di lahan kosong, termasuk di 76 lokasi rumah ibadah. Melalui program ini, Pemkot Jakarta Timur berhasil menurunkan inflasi pangan hingga tiga persen, yang menunjukkan keberhasilan urban farming dalam meningkatkan ketersediaan pangan di tingkat lokal.
Selain itu, Pemkot Jakarta Timur juga merencanakan peluncuran Program Budidaya Bawang Merah di tahun 2024, sebagai kelanjutan dari program penanaman cabai yang sudah berjalan. Tak hanya itu, penanaman jagung manis dan jagung pulut juga menjadi prioritas pada tahun mendatang, untuk lebih meningkatkan diversifikasi hasil pertanian perkotaan.
Melalui berbagai program tersebut, Pemkot Jakarta Timur berupaya memberikan solusi bagi permasalahan ketahanan pangan di tengah keterbatasan lahan perkotaan. Program urban farming ini bukan hanya bermanfaat dalam meningkatkan produksi pangan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat yang terlibat, serta mendorong kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan yang berbasis pada pemanfaatan lahan yang ada di sekitar kita.