8 Januari 2025
BI melaporkan aliran modal asing keluar bersih

Lapak Warta – Bank Indonesia (BI) melaporkan adanya aliran modal asing keluar bersih di pasar keuangan domestik sebesar Rp1,78 triliun selama periode 25 hingga 28 November 2024. Data tersebut menunjukkan dinamika yang cukup signifikan dalam pasar keuangan Indonesia, di tengah ketidakpastian ekonomi global yang mempengaruhi keputusan investasi asing.

Menurut Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, rincian dari aliran modal asing keluar bersih tersebut terdiri dari pasar saham yang tercatat mengalami pengurangan modal asing sebesar Rp2,01 triliun. Selain itu, pasar Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) juga tercatat mengalami penurunan sebesar Rp1,66 triliun. Meskipun demikian, sektor Surat Berharga Negara (SBN) justru mengalami aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp1,89 triliun, yang menunjukkan ketertarikan investor terhadap instrumen utang pemerintah Indonesia.

Meskipun tercatat ada aliran modal asing keluar bersih pada akhir November, data total sejak awal tahun menunjukkan hasil yang lebih positif. Dari periode 1 Januari hingga 28 November 2024, Indonesia tercatat menerima aliran modal asing masuk bersih sebesar Rp24,65 triliun di pasar saham, Rp29,17 triliun di pasar SBN, dan Rp184,85 triliun di pasar SRBI. Hal ini mencerminkan bahwa meskipun ada tekanan di pasar saham dan SRBI pada akhir November, secara keseluruhan Indonesia masih menjadi tujuan investasi yang menarik bagi investor asing.

Pada semester kedua 2024, nonresiden tercatat terus melanjutkan inflows, dengan jumlah yang signifikan di pasar saham sebesar Rp24,31 triliun, di pasar SBN sebesar Rp63,13 triliun, serta di pasar SRBI sebesar Rp54,50 triliun. Tren ini menunjukkan bahwa meskipun ada beberapa perubahan arus modal jangka pendek, investor asing tetap menunjukkan minat yang kuat terhadap investasi di Indonesia.

Ramdan juga mencatat bahwa premi risiko investasi atau credit default swaps (CDS) Indonesia 5 tahun pada 28 November 2024 tercatat sebesar 74,53 basis poin (bps), sedikit naik dibandingkan dengan 22 November yang berada di angka 73,13 bps. Hal ini menunjukkan adanya peningkatan persepsi risiko terhadap perekonomian Indonesia, meskipun masih dalam batas yang wajar.

Sementara itu, nilai tukar rupiah pada perdagangan awal Jumat, 29 November, tercatat sedikit menguat ke level Rp15.845 per dolar AS, dibandingkan dengan penutupan pada Kamis (28/11) yang berada di level Rp15.865. Meski demikian, secara umum, kurs rupiah masih mencerminkan ketidakpastian pasar yang dipengaruhi oleh fluktuasi nilai tukar global.

Indeks dolar AS juga tercatat melemah ke level 106,05 di akhir perdagangan Kamis (28/11), yang turut mempengaruhi dinamika nilai tukar rupiah. Imbal hasil atau yield Surat Berharga Negara Indonesia tenor 10 tahun tercatat turun ke 6,88 persen, sementara imbal hasil surat utang AS tenor 10 tahun juga mengalami penurunan ke level 4,263 persen.

Bank Indonesia terus berkoordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait lainnya untuk memperkuat ketahanan eksternal perekonomian Indonesia. BI tetap fokus pada kebijakan makroprudensial dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah, serta mengoptimalkan bauran kebijakan untuk menghadapi tantangan ekonomi global. Upaya ini diharapkan dapat mengurangi ketergantungan Indonesia pada aliran modal asing dan menjaga kestabilan ekonomi domestik dalam menghadapi fluktuasi global yang tidak dapat diprediksi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *