
Sumber: freepik.com
Hai sobat Lapak Warta, kalian sempat tidak sih dekat banget sama seorang, jalur bareng, chat masing- masing hari, tetapi cocok ditanya” kita ini apa?” jawabannya malah ngambang? Jika iya, selamat! Kalian lagi ataupun sempat terletak dalam yang namanya HTS alias ikatan tanpa status. HTS memanglah lagi jadi fenomena yang kerap banget terjalin, terlebih di golongan anak muda era saat ini.
Apa Itu HTS serta Mengapa Banyak yang Terjebak?
HTS merupakan keadaan di mana 2 orang silih dekat serta berlagak semacam pendamping, tetapi tanpa terdapatnya komitmen ataupun kejelasan status. Umumnya sih sebabnya sebab belum siap pacaran, khawatir kehabisan kebebasan, ataupun semata- mata aman aja tanpa embel- embel status. Perkaranya, kian lama dijalani, kian buat baper serta bimbang sendiri.
Antara Aman serta Khawatir Kehilangan
Salah satu alibi orang betah dalam HTS merupakan rasa aman. Kalian memiliki seorang yang senantiasa terdapat, dapat diajak curhat, jalur bareng, serta apalagi jadi prioritas dalam banyak perihal. Tetapi, sebab tidak terdapat status formal, kalian pula tidak memiliki “hak penuh” buat cemburu ataupun menuntut ini itu. Nah, di sinilah letak dilema HTS—nyaman tetapi tidak tentu.
Ketidakjelasan yang Menghabiskan Emosi
HTS dapat buat seorang overthinking serta jadi kurang yakin diri. Misalnya, kalian bimbang wajib berlagak semacam apa jika ia dekat sama orang lain. Ingin marah, tidak memiliki status. Ingin cuek, tetapi hati udah kadung baper. Kesimpulannya kalian terus terletak di pusaran persoalan: ia sungguh- sungguh tidak sih sama saya?
Mengapa Banyak yang Memilah Bertahan?
Terdapat yang bilang, HTS itu semacam menggenggam pasir. Sangat erat, dapat lenyap. Sangat longgar, pula dapat berangkat. Banyak yang bertahan sebab khawatir kehabisan wujud yang udah berikan kenyamanan. Walaupun dalam hati sadar, keadaan ini tidak sehat serta dapat menyakiti diri sendiri lambat- laun.
HTS serta Media Sosial
Di masa media sosial, HTS jadi kian rumit. Kalian amati ia upload story sama orang lain, langsung kepikiran. Tetapi ingin tanya, nanti dibilang baper. Ingin diem aja, hati kian nelangsa. Media sosial kadangkala malah menguatkan rasa cemburu serta ketidakpastian dalam ikatan tanpa status ini.
Perbandingan HTS serta Friendzone
Kerap disamakan, tetapi sesungguhnya HTS beda dengan friendzone. Dalam friendzone, satu pihak jelas tidak memiliki rasa lebih, sebaliknya yang lain berharap lebih. Tetapi di HTS, umumnya kedua belah pihak memiliki rasa, hanya tidak berani melabeli ikatan itu secara formal. Jadi ya… menggantung bareng deh.
Kapan Hendaknya Mengakhiri HTS?
Jika kalian telah mulai merasa ikatan ini lebih banyak menyakitinya daripada bahagiainnya, bisa jadi saatnya buat ngobrol sungguh- sungguh ataupun apalagi mundur. Jangan hingga kalian terjebak sangat lama serta kesimpulannya kehabisan peluang buat menempuh ikatan yang sehat serta tentu dengan orang lain yang lebih siap.
HTS Dapat Jadi Fase Dini, Tetapi Bukan Tujuan Akhir
Sesungguhnya tidak terdapat yang salah dengan HTS, sepanjang kedua pihak setuju serta aman. Tetapi, jika kalian menginginkan ikatan yang jelas serta berkomitmen, hingga HTS tidaklah tempat menyudahi. Peruntukan HTS selaku fase dini buat silih memahami, kemudian lanjutkan ke sesi yang lebih sungguh- sungguh bila memanglah sesuai.
Berani Mengatakan Perasaan Itu Penting
Jika kalian merasa ikatan ini kian membingungkan, jangan ragu buat membicarakannya. Tanyakan langsung, tanpa menghakimi. Kejelasan itu berarti buat kesehatan mental serta emosimu. Toh, lebih baik ketahui saat ini daripada berharap terus serta kesimpulannya kecewa.
Kesimpulan
HTS memanglah dapat terasa manis di dini, tetapi lambat- laun dapat jadi sumber kebimbangan serta cedera jika tidak diiringi dengan kejelasan. Kenyamanan tanpa komitmen itu semacam jalur tanpa tujuan—capek di tengah jalur. Jadi, ayo lebih berani buat jujur pada diri sendiri serta pendamping HTS- mu, apakah ikatan ini layak dipertahankan ataupun telah saatnya dilepaskan.