Lapak Warta – Banjir besar kembali melanda Kota Medan, Sumatera Utara, akibat luapan tiga sungai utama yang melintasi wilayah tersebut. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Medan mencatat bahwa peristiwa ini telah berdampak pada 24.874 jiwa, dengan 7.699 rumah terendam air. Kepala BPBD Kota Medan, Yunita Sari, menyatakan bahwa 8.751 kepala keluarga (KK) kini tengah berjuang menghadapi dampak banjir yang melanda sejak beberapa hari terakhir.
Menurut data BPBD, dari puluhan ribu warga yang terdampak, terdapat kelompok rentan yang memerlukan perhatian khusus. Mereka meliputi 67 orang lanjut usia, 34 balita, 129 anak-anak, dan dua ibu hamil. Korban tersebar di 10 kecamatan yang terdampak paling parah, yaitu Kecamatan Medan Maimun, Medan Johor, Medan Sunggal, Medan Amplas, Medan Denai, Medan Helvetia, Medan Labuhan, Medan Baru, Medan Deli, dan Medan Selayang.
Luapan Sungai Sebabkan Banjir Besar
Yunita menjelaskan bahwa penyebab utama banjir kali ini adalah luapan tiga sungai besar di Kota Medan, yakni Sungai Deli, Sungai Babura, dan Sungai Sei Belawan. Debit air di sungai-sungai tersebut meningkat tajam akibat hujan deras yang melanda wilayah Sumatera Utara dalam beberapa hari terakhir.
“Saat ini, sebagian warga masih berada di tempat pengungsian seperti rumah ibadah, sekolah, dan rumah warga lainnya. Namun, ada juga warga yang memilih kembali ke rumah masing-masing untuk menjaga harta bendanya,” kata Yunita dalam keterangan resmi di Medan, Kamis.
Hujan Lebat dan Kondisi Atmosfer Picu Banjir
Kepala Balai BMKG Wilayah I Medan, Hendro Nugroho, menjelaskan bahwa intensitas hujan yang terjadi di Sumatera Utara berada dalam kategori sedang hingga sangat tinggi. Fenomena ini diperparah oleh durasi hujan yang berlangsung cukup lama. Data dari berbagai stasiun BMKG menunjukkan curah hujan tinggi terjadi secara merata di wilayah Sumatera Utara.
“Kondisi atmosfer menunjukkan bahwa fase Madden Julian Oscillation (MJO) selama satu minggu terakhir berada pada fase 2 dan 3. Hal ini didukung oleh nilai IOD (Indian Ocean Dipole) yang berada dalam fase negatif sebesar -0,73,” ungkap Hendro, Rabu (27/11).
Selain itu, ia menyebutkan adanya pengaruh Monsun Asia yang membawa massa udara lembab dari Laut China Selatan dan Samudra Hindia di sebelah barat Sumatera. Pola angin yang terbentuk juga menunjukkan adanya konvergensi atau belokan angin yang memicu perlambatan aliran udara tepat di wilayah Sumatera Utara.
“Kondisi ini semakin diperparah oleh dampak tidak langsung dari bibit siklon tropis 99B yang terpantau di perairan Samudra Hindia barat Sumatra. Kombinasi dari semua faktor ini meningkatkan potensi hujan dengan intensitas sedang hingga sangat lebat, disertai durasi hujan yang panjang di hampir seluruh wilayah Sumatera Utara,” tambahnya.
Penanganan dan Harapan
BPBD Kota Medan terus berupaya menangani dampak banjir, baik dari sisi evakuasi warga terdampak maupun penanganan logistik di tempat pengungsian. Meski begitu, tantangan besar masih dihadapi, mengingat banyaknya wilayah yang terdampak secara merata.
Yunita menegaskan bahwa pihaknya akan terus memantau situasi terkini dan berkoordinasi dengan instansi terkait untuk memastikan keselamatan warga. Ia juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada, terutama bagi mereka yang tinggal di dekat aliran sungai yang berpotensi kembali meluap.
Peristiwa ini menjadi pengingat akan pentingnya mitigasi bencana banjir di kota-kota besar seperti Medan. Selain penanganan jangka pendek, langkah strategis untuk memperbaiki tata kelola sungai dan sistem drainase harus menjadi perhatian utama pemerintah dan masyarakat agar kejadian serupa tidak terus berulang di masa mendatang.
Tinggalkan Balasan