19 Februari 2025
Cindy Patricia Yosika memenangkan Travel Grant Award

Sumber: anataranews.com

Lapak Warta – Cindy Patricia Yosika, mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Indonesia (UI), baru-baru ini berhasil meraih Travel Grant Award untuk menghadiri 13th Asian Aerosol Conference (AAC) di Borneo Convention Center Kuching (BCCK), Sarawak, Malaysia. Penghargaan ini sangat prestisius, karena hanya diberikan kepada mahasiswa pascasarjana atau profesional muda berusia di bawah 36 tahun yang berasal dari negara berkembang. Penghargaan ini juga diperuntukkan bagi mereka yang telah menyelesaikan gelar master atau doktor dalam lima tahun terakhir.

Cindy mengungkapkan bahwa Travel Grant Award ini memberikan dukungan finansial bagi delegasi dari negara berkembang untuk dapat berpartisipasi dalam AAC 2024, yang merupakan konferensi internasional yang diadakan oleh Asian Aerosol Research Assembly (AARA). Konferensi ini menjadi ajang penting bagi para peneliti, dosen, praktisi, dan akademisi di seluruh dunia untuk berbagi temuan penelitian terbaru mengenai aerosol, teknologi aerosol, dan dampaknya terhadap kesehatan manusia.

Keberhasilan Cindy ini menjadi bukti bahwa mahasiswa FKM UI dapat bersaing di tingkat internasional dalam hal penelitian di bidang kesehatan lingkungan, khususnya yang berkaitan dengan aerosol. Berkat dukungan dari dosennya, Prof. Doni Hikmat Ramdhan, SKM., M.K.K.K., Ph.D., Cindy memutuskan untuk mengikuti seleksi abstrak konferensi tersebut meskipun ia sedang fokus menyusun kerangka skripsinya.

“Alhamdulillah, saya terpilih untuk memberikan presentasi oral dan mendapatkan Travel Grant Award, yang menjadi motivasi besar bagi saya untuk terus maju dalam dunia riset,” ujar Cindy penuh semangat.

Pada konferensi tersebut, Cindy mempresentasikan penelitian yang berjudul “Efektivitas Filter HEPA dan Filter Masker N95 dalam Menurunkan PM 2.5 di Tempat Pengujian Kendaraan Bermotor.” Penelitian ini berfokus pada pengujian efektivitas filtrasi udara di lingkungan yang sering terpapar aerosol berbahaya, seperti tempat pengujian emisi kendaraan bermotor, yang dikenal dengan tingginya konsentrasi partikel PM 2.5.

Menurut Cindy, keberadaan aerosol di area pengujian kendaraan bermotor sangat tinggi, dan jika tidak ditangani dengan baik, partikel-partikel ini dapat beredar dalam ruangan dan menimbulkan risiko kesehatan. “Jika aerosol dibiarkan tanpa filtrasi, partikel berbahaya akan tetap ada di udara, meningkatkan potensi risiko kesehatan,” jelas Cindy.

Dalam eksperimennya, Cindy menggunakan kipas angin yang dikombinasikan dengan filter untuk mengevaluasi tingkat efektivitasnya dalam mengurangi partikel udara berbahaya. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kombinasi alat filter yang dikembangkan hampir setara efektivitasnya dengan penggunaan air purifier komersial, namun dengan biaya yang jauh lebih rendah. Namun, efektivitas tersebut sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor lingkungan, seperti suhu udara dan kelembapan.

Cindy juga menjelaskan bahwa tanpa penggunaan alat filtrasi tambahan, partikel aerosol cenderung terjebak dan terus bersirkulasi dalam ruangan, yang dapat meningkatkan risiko paparan bagi orang yang berada di dalamnya. Oleh karena itu, penggunaan alat filter tambahan, seperti yang diuji dalam penelitiannya, dapat menjadi solusi yang efektif dan lebih ekonomis dalam mengurangi kadar aerosol berbahaya di udara.

Meskipun penggunaan air purifier komersial tetap menunjukkan performa yang lebih optimal, hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi alat filter yang lebih terjangkau bisa menjadi alternatif yang sangat efektif. Menariknya, Cindy tidak hanya mempresentasikan hasil risetnya, tetapi juga berbagi tantangan yang ia hadapi selama proses penelitian, salah satunya adalah merancang alat filtrasi secara mandiri.

Perjalanan Cindy ini tidak hanya memberi pengalaman berharga dalam dunia riset kesehatan, tetapi juga membuka peluang lebih luas untuk berkontribusi dalam pengembangan teknologi yang dapat meningkatkan kualitas udara dan kesehatan masyarakat. Dengan prestasi ini, Cindy tidak hanya membawa nama baik FKM UI, tetapi juga menginspirasi mahasiswa Indonesia untuk terus berkarya dan bersaing di kancah internasional.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *