
Lapak Warta – Bergabungnya Indonesia ke dalam BRICS (Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan) menjadi salah satu langkah strategis yang diyakini dapat memperkuat posisi Indonesia di arena global. Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menilai bahwa keanggotaan ini akan membuka peluang besar bagi Indonesia untuk meningkatkan posisi tawarnya, terutama di hadapan Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Wijayanto mengungkapkan bahwa keputusan ini merupakan langkah tepat, selama Indonesia tetap mendorong proses keanggotaan di OECD. Menurutnya, potensi ekonomi Indonesia sebagai salah satu kekuatan dunia harus dimanfaatkan dengan berani. Dengan bergabung ke BRICS, Indonesia dianggap dapat memperbaiki citra dan posisinya, yang selama ini terkadang dianggap tidak setara oleh negara lain dalam OECD.
Wijayanto menyebutkan bahwa agenda dedolarisasi, salah satu isu utama BRICS, akan terjadi secara alami seiring dengan menurunnya dominasi ekonomi Amerika Serikat (AS). Ia menjelaskan bahwa meskipun peran ekonomi AS tetap signifikan, kemunculan kekuatan baru seperti China, India, Brasil, dan Indonesia akan mengurangi ketergantungan global terhadap dolar AS.
Dedolarisasi, menurutnya, lebih relevan dalam perdagangan antaranggota BRICS. Sebagai contoh, China dan Rusia telah menggunakan mata uang lokal dalam 90 persen transaksi ekspor-impor mereka. Namun, ia pesimistis terhadap kemungkinan terciptanya mata uang global alternatif atau sistem transfer pengganti SWIFT dalam waktu dekat. Ia juga menyarankan agar Indonesia mengurangi ketergantungan pada dolar AS dengan memperbanyak penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional. Meski begitu, ia memperingatkan bahwa menjadikan dedolarisasi sebagai gerakan ekonomi-politik dapat berujung kontraproduktif.
Keanggotaan Indonesia di BRICS juga dinilai Wijayanto sebagai kesempatan penting untuk berkontribusi dalam menentukan arah organisasi tersebut ke depan. Indonesia, menurutnya, harus memanfaatkan keanggotaan ini untuk memperluas kerja sama di berbagai bidang, seperti teknologi, ketahanan pangan, dan upaya mitigasi perubahan iklim.
Namun, ia juga memperingatkan bahwa potensi keterpilihan kembali Donald Trump sebagai Presiden AS dapat memengaruhi dinamika organisasi multilateral. Pendekatan unilateral dan bilateral yang lebih disukai Trump dianggap akan melemahkan organisasi multilateral seperti OECD, WTO, bahkan NATO. Dalam konteks ini, Indonesia dapat memanfaatkan BRICS sebagai platform untuk memperkuat kerja sama internasional di tengah melemahnya komitmen negara-negara Barat terhadap organisasi multilateral.
Sementara itu, Kementerian Luar Negeri RI menyampaikan bahwa keanggotaan penuh Indonesia di BRICS mencerminkan meningkatnya peran aktif negara ini di tingkat global. Pengumuman resmi dari Brasil sebagai Ketua BRICS 2025 menandai momentum penting bagi Indonesia untuk meningkatkan kerja sama multilateral dan berkontribusi pada agenda global.
Kemlu RI menegaskan bahwa sebagai negara dengan perekonomian yang terus tumbuh, Indonesia berkomitmen untuk berperan aktif dalam agenda BRICS. Beberapa fokus utama adalah mendorong ketahanan ekonomi, pengembangan teknologi, dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, Indonesia juga bertekad untuk menghadapi tantangan global seperti perubahan iklim, ketahanan pangan, dan kesehatan masyarakat bersama anggota BRICS lainnya.
Keanggotaan ini juga dianggap sebagai upaya untuk menciptakan tatanan global yang lebih inklusif dan berkeadilan. Dalam pernyataannya, Kemlu RI menegaskan bahwa Indonesia akan bekerja sama dengan anggota BRICS demi mewujudkan dunia yang lebih adil, damai, dan sejahtera.
Bergabung dengan BRICS tidak hanya memberikan peluang strategis bagi Indonesia, tetapi juga menjadi bukti bahwa peran negara ini di kancah internasional semakin diakui. Keputusan ini diharapkan dapat membuka peluang baru dalam kerja sama global, meningkatkan daya saing Indonesia, dan memberikan dampak positif pada pembangunan nasional.
Dengan langkah ini, Indonesia menegaskan komitmennya untuk terus berperan aktif dalam upaya menciptakan dunia yang lebih inklusif, sekaligus memperkuat posisinya sebagai salah satu kekuatan ekonomi yang diperhitungkan di dunia.