
Sumber: antaranews.com
Lapak Warta – Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) bekerja sama dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) serta Pemerintah Australia secara resmi memperkenalkan program Kemdiktisaintek-KONEKSI. Program ini dirancang untuk memperkuat ekosistem riset di Indonesia, terutama di sektor transisi energi yang menjadi salah satu prioritas nasional.
Peluncuran program tersebut berlangsung di Jakarta pada hari Rabu dan dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan. Dalam kesempatan tersebut, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi, Fauzan, menegaskan bahwa kerja sama lintas negara menjadi hal yang sangat penting dalam mempercepat inovasi di berbagai bidang, terutama energi berkelanjutan.
Sebagai contoh nyata, ia menyebut bahwa salah satu program yang sudah berhasil dijalankan dalam skema KONEKSI adalah proyek saintifikasi produksi garam di Madura. Selama bertahun-tahun, produksi garam di daerah tersebut masih menggunakan metode tradisional. Namun, dengan adanya kolaborasi antara Kemdiktisaintek dan Australia, inovasi teknologi mulai diterapkan, yang berdampak positif terhadap kualitas dan efisiensi produksi garam di wilayah tersebut.
Fauzan juga menyampaikan bahwa program ini sangat sejalan dengan misi Kemdiktisaintek dalam mendorong transformasi pendidikan tinggi agar mampu mencetak sumber daya manusia yang kompetitif serta menjadi solusi atas tantangan bangsa. Menurutnya, perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam mendukung percepatan inovasi di berbagai sektor, termasuk energi terbarukan.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Fasilitasi Riset LPDP, Ayom Widipaminto, menjelaskan bahwa program ini menjadi bagian dari prioritas LPDP seiring dengan target pemerintah dalam meningkatkan bauran energi terbarukan. Pemerintah menargetkan penggunaan energi terbarukan mencapai 23 persen pada tahun 2025 dan meningkat hingga 30 persen pada 2050.
Ia juga mengungkapkan bahwa sejak tahun 2013, LPDP telah mendanai berbagai riset di sektor energi. Setidaknya, sebanyak 197 penelitian telah memperoleh pendanaan dengan total mencapai Rp173 miliar, termasuk riset di bidang energi terbarukan. Selain itu, sebanyak 17 penelitian terkait kendaraan listrik dan komponennya juga telah mendapatkan dana sebesar Rp52,25 miliar. Tak hanya itu, penelitian yang berfokus pada carbon capture serta perubahan iklim juga telah mendapat dukungan dengan total pendanaan mencapai Rp35 miliar.
Sementara itu, Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath, menegaskan bahwa Pemerintah Australia sepenuhnya mendukung program Kemdiktisaintek-KONEKSI. Menurutnya, kerja sama ini memiliki nilai strategis dalam menciptakan solusi inovatif yang dapat diterapkan secara berkelanjutan di Indonesia.
Ia menjelaskan bahwa skema kerja sama ini mencakup berbagai tema riset yang menjadi perhatian utama, di antaranya perubahan iklim, transformasi digital, serta biodiversitas. Untuk mendukung penelitian tersebut, kedua negara telah menyepakati alokasi dana bersama hingga tahun 2026 dengan total nilai sebesar Rp20 miliar.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa melalui skema pendanaan bersama atau joint call, Indonesia dan Australia berkomitmen untuk mendukung riset-riset yang berfokus pada pembangunan berkelanjutan dan inklusif. Pemerintah Australia menekankan pentingnya kolaborasi ini agar hasil penelitian dapat bermanfaat bagi seluruh lapisan masyarakat tanpa ada yang tertinggal.
Dengan adanya program Kemdiktisaintek-KONEKSI, diharapkan ekosistem riset di Indonesia semakin berkembang dan mampu memberikan kontribusi nyata dalam transisi energi nasional. Selain itu, kerja sama ini juga diharapkan dapat membuka peluang bagi para peneliti dan akademisi dari kedua negara untuk berkolaborasi lebih luas dalam menciptakan inovasi yang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.